Pages

postheadericon Kaledupa Pulau Sejuta Budaya



WAKATOBI Mendengar namanya pemikiran kita langsung mengacu  pada keindahan alamnya yang alami, keindahan bahari laut dengan sejuta populasi dan komunitas hewan laut di dalamnya. Populasi ikan yang melimpah serta gugusan terumbu karang yang tak terhitung nilainya telah menjadikan kabupaten yang berdiri pada tahun 2003 ini di kenal di berbagai belahan dunia. Warna-warni bunga laut menghiasa garis pantai bahkan tersebar sampai bermil-mil jaraknya dari garis pesisir pantai. Ekosistem laut dan populasi ikan karang yang begitu melimpah sudah menjadi intro opini setiap orang yang telah mengenal Wakatobi bahkan sudah menjadi citra Wakatobi di dunia luar dalam hal ini adalah dunia wisata bahari.
Keindahan alam ini juga mampu menghipnotis wisatawan manca negara dari berbagai belahan dunia untuk mengunjungi kabupaten yang namanya di ambil dari singkatan empat pulau besar yang ada di dalamnya ini. Ribuan wisatawan maupun peneliti dari berbagai negara menganggap Wakatobi sebagai obyek wisata bahari yang sangat indah bahkan tak tertandingi oleh obyek wisata bahari dimanapun.

Oleh pemerintah setempat, Wakatobi dijuluki sebagai Surga Nyata Di Bawah Laut Di Jantung Segi Tiga Karang Dunia. Bukan hanya slogan, tapi Wakatobi memang sudah sepantasnya mendapatkan julukan itu.

Tradisi & Budaya
Siapa sangka, di kabupaten yang dikenal sebagai obyek wisata bahari ini juga menyimpan sejuta kekayaan budaya serta tradisi masyarakatnya yang unik. Disetiap pulau (Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia & Binongko) masing-masing memiliki kebiasan juga adat budaya yang beragam. Mulai dari cara bercocok tanam, melaut, sampai menghasilkan kerajinan tangan sepeti membuat sarung tenun, membuat kerajinan menganyam dari bambu, membuat alat tangkap ikan yang masih jarang ditemukan di masyarakat nelayan lain yang ada di nusantara serta masih banyak lagi kerajinan lain yang membudaya di masyarakat Wakatobi. 

 
Hidup, memang telah mengajarkan kepada kita semua tentang bagaimana kita bisa bersahabat dengan alam sekitar kita. Di pulau Kaledupa, terdapat beragam jenis dan cara yang dilakukan oleh masyarakat untuk mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak tanpa merusak tempat perlindungan ikan. Kebiasan menangkap ikan dengan cara yang tradisional telah menjadi warisan turun temurun di masyarakat Kaledupa. Ke-tradisional-an cara dan alat yang dipergunakan sungguh tak mampu menyaingi hasil dari peralatan yang modern, tapi disisi lain cara dan alat yang tradional ini justru menyimpan suatu keunikan yang cukup menarik untuk dibahas.

Bagi masyarakat setempat, menangkap ikan dengan cara yang tradisional selain untuk melestarikan budaya pendahulu juga dianggap sebagai cara yang tepat untuk tetap bisa bersahabat dengan alam sekitar yang telah menjadi tempat menggantungkan hidup mereka. Kedekatan mereka dengan alam sekitar telah terbukti dengan tetap lestarinya fauna dan flora yang tersebar luar disepanjang pantai dan lautan tempat mereka menghabiskan waktu untuk mencari penghidupan.
Dilihat dari corak kehidupan mereka, ternyata selain laut yang manjadi tempat mencari nafkah juga mereka tekun dalam bercocok tanam. Tanah pertanian di pulau Kaledupa memang tak bisa dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia yang mampu mengumpulkan hasil pertanian yang melimpah. Selain lahannya yang sempit juga daerah ini memiliki reflief yang berbukit-bukit yang memang tidak cocok untuk persawahan. Tapi siapa yang menduga, karunia besar dari Sang Pemilik Kehidupan telah mencurahkan anugerah besar kepada masyarakat di daerah ini. Tingkat kesuburan lahan perkebunannya memang tidak bisa dianggap remeh. Lahan perkebunan kelapa dan bahan pokok lainnya tersebar luas di sepanjang pesisir pulau, terlebih di daerah pegunungan. Hasil perkebunan kopra telah menunjukkan eksistensinya sebagai faktor pengembangan perekonomian masyarakat di daerah ini.

Tidah hanya itu, kesuburan tanah juga terlihat dari begtu rindangnya pepohonan yang melintasi perbukitan dan areal pantai di sepanjang pulau ini bahkan ke pulau-pulau kecil disekitarnya. Pulau Hoga sebagai sabagai salah satu pulau terindah di Wakatobi juga Pulau Lentea ternyata menyimpan sejuta kekayaan alam berupa hutan yang begitu melimpah walau wilayahnya boleh dibilang teramat kecil. Sungguh Maha Suci Allah telah memperlihatkan kebesaran-Nya bagi kita semua. Pulau yang begitu kecil akan sangat jarang terlintas dipikiran kita bahwa tanahnya akan mampu memberikan kontribusi yang besar kepada masyarakatnya.

Kebudayaan
Eksistensi manusia sebagai makhluk sosial ternyata tidak hanya berlaku sesaat dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi juga menjadi sesuatu yang kekal sepanjang zaman. Sebagai bukti, corak kehidupan suatu masyaraka tertentu selalu dicerminkan pada kebudayan yang dimiliki yang merupakan warisan turun temurun oleh suatu komunitas masyarakat.
Di negara kita, berjuta ragam budaya dari setiap pelosok negeri bahkan di setiap komunitas masyarakat sesuai dengan corak hidupnya menjadi saksi bisu sekaligus bukti bahwa kebudayaan adalah cerminan dari cara hidup masyarakat.

Di pulau Kaledupa, telah tercatat rapi dalam benak masyarakat betapa besar nilai-nilai budaya yang dititipkan oleh nenek moyang mereka sebagai cerminan hidup juga sebagai cerminan dari ciri khas daerah tersebut. Beraneka ragam budaya memiliki nuansa tersendiri di dalam lingkungan kehidupan mereka. Ragam budaya yang mereka miliki sekaligus menorehkan suatu kesan indah di tengah-tengah kehidupan yang semakin berubah seiring dengan perkembangan zaman.
Kerajinan tangan, tarian, silat tradisional dan masih banyak lainnya telah menjadi bukti betapa masyarakat ini memiliki beragam budaya yang  tak kalah dengan daerah lain. Jenis dan penggunaannyapun terasa sangat jelas dan memiliki nilai yang besar dikalangan masyarakat. penghargaan dan penghormatan terhadap nilai-nilai budaya tentu harus menjadi sesuatu yang mendasar demi tercapainya kelestarian budaya masyarakat karena betapapun modernnya suatu masyarakat rasanya sangat sulit untuk mencapai sebuah keharmonisan tanpa adanya nilai-nilai budaya yang menjadi pedoman hidup disamping Al-Qur'an dan Al-Hadits serta pertaturan-peraturan yang ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah.

Penghargaan terhadap nilai budaya di lingkungan kehidupan masyarakat Kaledupa terlihat dari masih banyaknya padepokan-padepokan yang mempelajari silat tradisional khas daerah serta taman belajar tarian yang mempelajari berbagai jenis tarian dan kesenian tradisional daerah yang bersangkutan. Melestarikan berbagai kesenian daerah bukan berarti bahwa mereka tidak mau mengikuti perkembangan zaman yang serba modern ini tetapi hanya ingin agar budaya warisan dari leluhur mereka tidak punah ditelah waktu dan keadaan yang serba modern seperti sekarang ini.

Sekiranya kita semua dapat memahami arti sebuah kebudayan yang masing-masing daerah memilikinya.
Mungkin hanya ini yang dapat penulis posting-kan dalam entri ini. Lebih dan kurangnya para pembacalah yang akan menilainya serta memahami bahwa sang penulis hanyalah manusia biasa yang tak akan pernah luput dari salah dan khilaf. Kesempurnaan hanyalah milik-Nya. Doa dari rekan-rekan pembaca sangat saya harapkan smoga nanti penulis dapat mempostingkan sesuatu yang lebih menarik lagi dan lebih mendetail tentunya.  Smoga Allah selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan wabillahi taufik wal'hidayah
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarokatuh...

2 komentar:

Adin mengatakan...

mantap kahdupa

Adin mengatakan...

mantap kahdupa

My Blog List

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Share